Jumat, 24 April 2020

GUYONAN PEMERINTAH MENGHADAPI WABAH



Sudah tidak asing lagi dimata kita, wabah corona atau covid-19 yang menjadi salah satu masalah yang membuat pincang berbagai sector. Mulai dari sector Pendidikan, ekonomi, social, dan keamanan adalah sector-sektor terdampak yang cukup parah dan fatal. Kembali sebelum wabah ini menyebar ke Indonesia, peran pemerintah disini sangat diharapkan oleh masyarakat guna melakukan langkah-langkah preventif sebagai ikhtiar atau upaya guna mencegah penyebaran wabah corona ini. Namun, bukannya melakukan langkah-langkah preventif pemerintah justru membuat opsi yang dirasa memperparah penyebaran virus covid-19 ini.

Mengapa penulis berpendapat demikian ? di awal kemunculannya, covid-19 seolah menjadi hantu yang menghantui tiap-tiap negara. Berbagai negara melakukan upaya preventif guna menghadapi wabah corona ini. Malaysia misalnya, mereka lakukan cek suhu pada tiap turis mancanegara ataupun local yang  telah berpergian dari luar negri. Hal ini memang dianggap sepele tapi penting sebagai langkah-langkah mencegah penyebaran virus covid-19 ini.

Berbeda dengan Malaysia, Indonesia justru membuka lebar-lebar pintu wisatanya Ketika pandemic ini berada di awal kemunculannya. Dengan dalih tak perlu parno terhadap wabah ini pemerintah seolah mengajak masyarakat bahwasanya corona ini bukanlah masalah yang besar. Apalagi, beredar di media social mengenai meme-meme masyarakat indonesia yang seolah mampu menghadapi corona. Mentailtas yang dimiliki oleh masyarakat ditambah sikap pemerintah yang demikian tentulah sebuah keuntungan bagi beberapa investor yang menanamkan modalnya di Indonesia.

Dengan sikap berani dan confident yang tinggi tersebut menjadi boomerang bagi Indonesia. Dengan tidak menjadikan data dalam bersikap dan hanya focus pada pertumbuhan ekonomi dan kepentingan investor, Indonesia pada akhirnya terkena dampak corona. Beberapa ahli sudah memprediksikan bahwasnya negeri ini akan terdampak, bagaimana mungkin negara-negara disekitar Indonesia terdampak pandemic ini sedangkan kita masih tenang-tenang saja. Karena tidak adanya langkah preventif dari pemerintah, corona menyebar dengan cukup pesat mulai dari barat hingga timur dan utara hingga selatan. Bahkan sampai tulisan ini ditulis terkonfirmasi 5.136 positif, 27.865 negatif, 446 sembuh, dan 469 meninggal dunia, jumlah ini akan terus bertambahs eiring berjalannya waktu.

Angka yang cukup besar dan harus kita waspadai Bersama agar tidak naik jumlahnya. Rapot merah memang harus diberikan kepada pemerintah hari ini. Mulai dari kebijakan yng telat dikeluarkan ketika wabah ini hadir, hal ini tak lain dan tak bukan untuk menjaga investor asing agar tetap senang untuk berinvestasi di Indonesia. Tanpa adanya kebijakan pemerintah maka perekonomian masih terus berjalan dan siklusnya akan terus berputar, tatkala negara lain melakukan lockdown guna mengurangi pandemic, kehidupan social dan ekonomi Indonesia berjalan seperti biasanya. Sehingga terjadi lonjakan yang cukup signifikan akibat dari kurang pekanya pemerintah. Tapi, kita patut bernapas lega, hal ini dikarenakan sudah dikeluarkannya PP 21 Tahun 2020 mengenai PSBB.

Usai dibuat pusing dengan tidak pekanya pemerintah terhadap segala bentuk permasalahan negeri, kita Kembali dibuat pusing oleh rencana menkumham , Yasonna Laoly yang hendak memberikan kebebasan terhadap beberpa narapidana dengan dalih sebagai penegakakkan HAM agar narapidana tidak tertular corona di dalam penjara. Entah apa yang berada dipikiran pemerintah saat ini, seolah kita dibuat emosi dan terus berpikir dengan segala ha yang tak masuk akal dan memalukan tapi masih dikerjakan oleh mereka.

Dari sini bisa kita simpulkan mengenai ketidaktegasan pemerintah dan lalainya mereka dalam proses memberikan pelayanan terhadap rakyat. Peran pemerintah yang tak tampak seolah menunjukkan bahwasanya ada tidaknya pemerintah tidaklah begitu memiliki efek terhadap kehidupan masyarakat. BLT ataupun bantuan sembako belum massif diberikan ole pemerintah kepada masyarakat terdampak wabah. Hal ini justru akan menambah masalah baru bagi masyarakat terdampak.

Aksi rakyat bantu rakyat pun mulai dimasifkan baru-baru ini, hal ini adalah hal yang cukup mengharukan. Tatkala pemerintah sibuk dengan dapurnya sendiri dan lebih mementingkan golongan mereka, rakyat tetap menggalakkan aksi solidaritasnya guna membantu sesama. Aksi ini tentu menunjukkan betapa kuatnya sidat social antar sesama masyarakat guna menanggulangi bencana akibat wabah yang ada ini.

Penulis sendiri menyimpulkan, apabila peran pemerintah amsih tetap sama dan tidak menunjukkan I’tikad baiknya guna memainkan perannya sebagai pelayan masyarakat bukan tidak mungkin sebuah Gerakan rakyat besar-besaran akan terjadi pasca corona ini. Ekonomi yang hancur, produksi yang mandek, serta PHK yang niscaya akan terjadi menjadi dorongan kuat bagi rakyat guna menggalakkan aksi. Revolusi bisa saja terjadi apabila tidak ada Tindakan preventiv yang dilakukan pemerintah saat ini.

Sosialisme yang diamalkan masyarakat hari ini merupakan sebuah fenomena baru. Tatkala sosialisme hadir dari aksi massa yang massif justru hari ini hadir dengan konsep demobilisasi karena efek dari corona. Efek domino dari adanya pengamalan sosialisme itu nantinya adalah gerakan massa untuk melakukan mosi tidak percaya terhadap pemerintah. Tapi, hal itu juga sukar dilakukan mengingat masih kuatnya basis-basis ormas yang masih percaya pemerintah dan dengan dalih menjaga keutuhan NKRI mereka akan menjadi poros terdepan menghadang mobilisasi massa yang bertujuan revolusi tersebut. Konflik ini tentunya berdampak pada integrasi social dalam tataran akar rumput.

Namun, jika sikap pemerintah hari ini tetap bercanda dalam menghadapi wabah perlu adanya perubahan nyata yang harus dilakukan dalam tatanan birokrasi. Dalam pandangan penulis konsep rakyat adalah pasar dan pemerintah adalah pedagang yang digunakan saat ini harus segera dihancurkan. Karena konsep yang harusnya diamalkan adalah konsep rakyat adalah raja dan pemerintah adalah pelayannya, hal itu harus ditanamkan dalam setiap pemangku jabatan yang berkuasa.

Ditulis Oleh : PMII Humaniora Brawijaya (Taufany Ikmal Billah)

Gambar : philmckinney.com